14 Juni 2008

JIKA SAYA SEORANG MINORITAS

Bersyukur karena mengalami hal-hal yang tidak dialami oleh orang kebanyakan
Tidak akan menipu diri sendiri dengan berpindah jalur seperti orang mayoritas pada umumnya
Akan belajar dari pengalaman hidup para minoritas lain
Tidak akan menyalahkan siapapun, karena menjadi minoritas bukan sebuah dosa
Akan berterima kasih kepada para mayoritas, berkat merekalah ada orang minoritas seperti saya
Itu pilihan saya....

10 Juni 2008

CUMA SANDIWARA KOK


Dari kecil, sandiwara kesukaan saya adalah sandiwara radio, pada waktu itu ada Saur Sepuh, Tutur Tinular, Babad Tanah Leluhur atau Ibuku Malang, Ibuku Tersayang...(eh alaaahhh). Beranjak remaja, sandiwara kesukaan saya agak bergeser ke sandiwara di TV dong..., Losmen, Aku Cinta Indonesia, Cerita Akhir Pekan, Dynasty, Santa Barbara, atau opera sabun semacam Little Missy...(knock..knock). Semuanya memberikan efek yang sama: menghibur, entah ceritanya sedih, lucu atau menjengkelkan. Oya, pemainnya juga punya kesamaan, walaupun mereka orang Indonesia atau bule, kesamaannya adalah sama-sama pemain bayaran.

Lalu, tiba-tiba terpikir, kenapa tidak menciptakan sandiwara sendiri.., karena saya merasa punya talenta acting... dan tentu saja ini sifatnya sukarela, bukan pemain bayaran, hanya ingin tahu saja bagaimana reaksi orang lain terhadap sandiwara yang saya mainkan..., kadang-kadang saya bermain sandiwara seorang diri, kadang keroyokan... Tempatnya? Kadang di sekolah atau dirumah... Yang jelas tanpa publikasi.. Hasilnya? Penonton memang terhibur, ada yang sedih atau marah...

Sekarang, saya lebih banyak menjadi penonton saja. Tampaknya jenis sandiwara yang dimainkan pun semakin bervariasi mulai dari tema, peran (yang sangat dijiwai oleh para aktornya), jumlah pemain, tempat, durasi, cakupan dan tentu saja yang selalu melekat adalah biaya pembuatan, pelaksanaan dan penyelesaian sandiwara-sandiwara ini.... Menjadi sangat tidak menghibur, ketika akhirnya ada korban... Hasilnya? Sebagian besar membuat penonton geram... Jadi, kadang-kadang penonton pun tidak sadar ikut menjadi pemain... Ad infinitum, ad nauseam.., tak terhingga, sampai memuakkan..


05 Juni 2008

THE POWER OF COFFEE


Mungkin hampir sama efeknya dengan the power of love…Pernahkah Anda merasa seluruh beban,
rasa
hilang dan penat hilang seketika tatkala menyeruput secangkir kopi? Saya pikir beberapa iklan kopi di TV yang sering saya lihat memang benar adanya.., efek dashyat kopi ketika seorang istri menyajikan untuk suaminya hingga terbangun dari tidur.., atau di iklan lain kita lihat orang yang tiba-tiba tersenyum kegirangan kala menghirup aromanya saja…Ufff….

Saya mulai meminum kopi ketika kuliah dan menjadi addict sampai sekarang. Rekor jumlah gelas kopi terbanyak yang saya minum baru saja terjadi kemarin, sejumlah 8 gelas, ketika saya harus menghadiri rapat sepanjang 11 jam! Karena sudah addict, berapa pun gelas kopi yang saya minum akhirnya tidak bisa mengurangi rasa kantuk, tapi bisa membuat maag sakit.

Saya pikir hampir setiap orang penikmat kopi memiliki kopi favoritnya sendiri-sendiri.., dari mulai kopi tubruk atau sachet? Manis atau pahit? Dengan susu atau tanpa susu? Sebagai gaya hidup atau kebutuhan? Pakai cangkir atau gelas biasa? Dingin atau panas? Tidak cukup sampai situ..., kopi juga di nikmati oleh banyak orang, tidak peduli apa pekerjaan, penghasilan (tentu saja), pendidikan terakhir, single atau menikah, tua atau muda, suku Sunda atau Jawa, dst... Jangan-jangan, kopi adalah pemersatu bangsa?

BARANG YANG TERTINGGAL

Saya orang yang sangat pelupa…

Rasa-rasanya semakin bertambah usia kok penyakit lupa saya jadi bertambah parah..
Lupa mengingat nama orang, lupa mengingat barang apa yang terakhir saya beli, lupa kapan terakhir saya minum susu, lupa kapan terakhir saya beribadah ( !), lupa mengucapkan terima kasih, lupa pamit, dst… Karena penyakit lupa yang sudah kronis itu, akhirnya jadi saya jadi sering meninggalkan barang-barang.. Ditambah, lupa barang apa yang tertinggal, kapan dan dimana…

Kasihan sekali kalau dipikir-pikir… Barang saya yang tertinggal pun kayaknya lumayan banyak.., di kantor, saya sering sekali meninggalkan beberapa mug kesayangan yang saya bawa dari rumah. Di rumah sahabat, sering kali saya meninggalkan buku, baju, kosmetik atau kacamata… Di rumah mantan pasangan, saya meninggalkan jaket, buku dan baju (tapi tidak saya minta lagi, biarlah menjadi hak miliknya…).

Pun ketika sebenarnya saya sedang tidak lupa, kadang secara sengaja saya meninggalkan benda atau hal lain yang sangat ‘berbau’ saya… Tujuannya supaya ada ‘jejak’ saya di tempat tersebut, supaya seluruh dunia tahu bahwa saya pernah hadir…, seperti foto, wangi parfum, bekas lipstik saya di baju pasangan atau malah sekalian saja meninggalkan hati saya…